“Hujan” dan
“Pelangi”
Hujan. Rahmat dariNya berupa air yang jatuh dari langit
dan membasahi segala sesuatu yang ada di bawahnya. Setiap rintiknya jatuh
bertubi-tubi tiada henti seakan tak peduli apa yang ia terjang di bawahnya. Datangnya
pun selalu diawali dengan gelapnya langit, guntur yang menyambar, dan angin
yang bertiup dengan kencangnya. Saat
tetesan pertama mulai jatuh ke bumi, seakan bumi siap menerima guyuran air. Air
yang memang sebagai sumber kehidupan, tentu sangat dibutuhkan makhluk untuk bertahan
hidup. Maka hujan adalah salah satu rahmat yang ditunggu setiap tetesnya oleh
makhluk hidup di muka Bumi.
Meskipun
hujan itu rahmat dariNya, tapi adakalanya hujan itu membawa bencana bagi
makhluk dibawahnya. Banjir, tanah longsor, pohon-pohon tumbang, semua itu
kadang terjadi karena Si Hujan. Maka tak pelak hujan juga membawa kesedihan.
Berikutnya pelangi.
Adalah semburat warna-warni yang ada di
langit yang dengan indahnya akan muncul setelah Si Hujan berhenti jatuh. Warna-warna
yang muncul dari pembiasan cahaya dan air menciptakan warna-warna pelangi yang
beragam.Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Atau yang biasa
disingkat MEJIKUHIBINIU. Itulah warna khas dari pelangi. Begitu indahnya, dengan
beraneka ragam warnanya yang mampu menyihir mata yang memandang. Bentuknya yang
melengkung, dengan setiap baris warna yang berbeda, nampak begitu kontras di
langit yang biru. Sungguh indah.Namun, keindahan itu tak bisa bertengger lama
di langit. Semburat itu akan hilang secara perlahan dan langit pun akan
diterangi kembali oleh Sang Surya.
Hujan dan pelangi selalu berdampingan. Kenapa? Karena
pelangi tak kan pernah muncul sebelum adanya hujan. Selalu beriringan. Begitu
pula dengan kehidupan manusia yang tak ubahnya seperti “ Hujan” dan “Pelangi”. “Hei?
Bukankah harus ada hujan sebelum adanya pelangi? Bukankah kita harus merasakan
kesedihan sebelum kita merasakan kebahagiaan?” begitu kata salah satu
sahabatku. Kupikir memang benar. Mana mungkin Si Pelangi akan muncul begitu
saja tanpa didahului Si Hujan? Sama halnya kehidupan. Bagaimana mungkin kita
bisa merasakan kebahagian sebelum kita susah payah menghadapi kesedihan? Itulah hakikat kehidupan. Kita harus susah
payah mendapatkan sesuatu sebelum merasakan hasilnya. Tidak ada hidup seseorang
yang tiba-tiba langsung bahagia. Pun tidak ada hidup seseorang hanya akan
merasakan kesedihan. Keduanya selalu beriringan sama halnya “Hujan” dan
“Pelangi”.
Jatuhnya rintik “Hujan” yang bertubi-tubi memberi
pelajaran hidup bahwa kita harus berproses menjadi orang yang lebih bisa
menerima dengan lapang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Misalnya pohon bambu
yang diterpa hujan. Jatuhnya hujan yang bertubi-tubi dan tiada henti memang membuat pohon itu melengkung untuk
beberapa saat. Namun ketika hujan berhenti, pohon itu akan tegak kembali
seperti sediakala. bukan malah membuat pohon bambu itu semakin tumbang, justru
membuatnya semakin gagah menerima jatuhnya rintik-rintik “Hujan” tersebut. Akan
selalu ada hikmah dari setiap rintik yang jatuh. Akan selalu ada yang kita
maknai dari setiap rintik yang jatuh. Dan akan ada “Pelangi” yang muncul
setelahnya. Menghibur pohon bambu dari deritanya ketika diterpa derasnya hujan.
Itulah kehidupan. Tak peduli seberapa berat masalah dan cobaan hidup yang kita alami,
seharusnya itu justru membuat kita semakin kuat menjalaninya. Percayalah setiap
cobaan dan kesedihan Tuhan akan berikan hadiah yang pantas bagi yang mampu
melewatinya dan mampu mengambil hikmah darinya. Yaitu kebahagiaan yang hakiki,
yang tak mampu dibandingkan dengan kebahagiaan yang ada di dunia. Percayalah,
selalu ada “Pelangi” setelah “Hujan”. :-)
#PenulisanKreatifPGMI