Rabu, 26 Oktober 2016

Tugas Ke-Lima Penulisan Kreatif



“Hujan” dan “Pelangi”

            Hujan. Rahmat dariNya berupa air yang jatuh dari langit dan membasahi segala sesuatu yang ada di bawahnya. Setiap rintiknya jatuh bertubi-tubi tiada henti seakan tak peduli apa yang ia terjang di bawahnya. Datangnya pun selalu diawali dengan gelapnya langit, guntur yang menyambar, dan angin yang bertiup dengan  kencangnya. Saat tetesan pertama mulai jatuh ke bumi, seakan bumi siap menerima guyuran air. Air yang memang sebagai sumber kehidupan, tentu sangat dibutuhkan makhluk untuk bertahan hidup. Maka hujan adalah salah satu rahmat yang ditunggu setiap tetesnya oleh makhluk hidup di muka Bumi.
            Meskipun hujan itu rahmat dariNya, tapi adakalanya hujan itu membawa bencana bagi makhluk dibawahnya. Banjir, tanah longsor, pohon-pohon tumbang, semua itu kadang terjadi karena Si Hujan. Maka tak pelak hujan juga membawa kesedihan.
            Berikutnya  pelangi. Adalah  semburat warna-warni yang ada di langit yang dengan indahnya akan muncul setelah Si Hujan berhenti jatuh. Warna-warna yang muncul dari pembiasan cahaya dan air menciptakan warna-warna pelangi yang beragam.Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Atau yang biasa disingkat MEJIKUHIBINIU. Itulah warna khas dari pelangi. Begitu indahnya, dengan beraneka ragam warnanya yang mampu menyihir mata yang memandang. Bentuknya yang melengkung, dengan setiap baris warna yang berbeda, nampak begitu kontras di langit yang biru. Sungguh indah.Namun, keindahan itu tak bisa bertengger lama di langit. Semburat itu akan hilang secara perlahan dan langit pun akan diterangi kembali oleh Sang Surya.
            Hujan dan pelangi selalu berdampingan. Kenapa? Karena pelangi tak kan pernah muncul sebelum adanya hujan. Selalu beriringan. Begitu pula dengan kehidupan manusia yang tak ubahnya seperti “ Hujan” dan “Pelangi”. “Hei? Bukankah harus ada hujan sebelum adanya pelangi? Bukankah kita harus merasakan kesedihan sebelum kita merasakan kebahagiaan?” begitu kata salah satu sahabatku. Kupikir memang benar. Mana mungkin Si Pelangi akan muncul begitu saja tanpa didahului Si Hujan? Sama halnya kehidupan. Bagaimana mungkin kita bisa merasakan kebahagian sebelum kita susah payah menghadapi kesedihan?  Itulah hakikat kehidupan. Kita harus susah payah mendapatkan sesuatu sebelum merasakan hasilnya. Tidak ada hidup seseorang yang tiba-tiba langsung bahagia. Pun tidak ada hidup seseorang hanya akan merasakan kesedihan. Keduanya selalu beriringan sama halnya “Hujan” dan “Pelangi”.
            Jatuhnya rintik “Hujan” yang bertubi-tubi memberi pelajaran hidup bahwa kita harus berproses menjadi orang yang lebih bisa menerima dengan lapang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Misalnya  pohon bambu  yang diterpa hujan. Jatuhnya  hujan yang bertubi-tubi dan tiada henti  memang membuat pohon itu melengkung untuk beberapa saat. Namun ketika hujan berhenti, pohon itu akan tegak kembali seperti sediakala. bukan malah membuat pohon bambu itu semakin tumbang, justru membuatnya semakin gagah menerima jatuhnya rintik-rintik “Hujan” tersebut. Akan selalu ada hikmah dari setiap rintik yang jatuh. Akan selalu ada yang kita maknai dari setiap rintik yang jatuh. Dan akan ada “Pelangi” yang muncul setelahnya. Menghibur pohon bambu dari deritanya ketika diterpa derasnya hujan. Itulah kehidupan. Tak peduli seberapa berat masalah dan cobaan hidup yang kita alami, seharusnya itu justru membuat kita semakin kuat menjalaninya. Percayalah setiap cobaan dan kesedihan Tuhan akan berikan hadiah yang pantas bagi yang mampu melewatinya dan mampu mengambil hikmah darinya. Yaitu kebahagiaan yang hakiki, yang tak mampu dibandingkan dengan kebahagiaan yang ada di dunia. Percayalah, selalu ada “Pelangi” setelah “Hujan”. :-) 
#PenulisanKreatifPGMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar